Oleh : H. Ahmad Saransi
Soppeng, Spionase news. Com. Kabupaten Soppeng dikenal sebagai salah satu daerah agraris yang subur di Sulawesi Selatan. Keberhasilan sektor pertaniannya tidak terlepas dari peran penting infrastruktur pengairan, terutama bendungan dan saluran air yang tersebar di berbagai wilayah. Sejak masa kolonial Belanda, Soppeng telah mewarisi setidaknya lima bendungan yang dirancang untuk mendukung sistem irigasi tradisional dan pertanian rakyat.
Perkembangan tersebut tidak berhenti di sana. Pada masa pemerintahan H. A. Made Alie (1965 – 1979), pembangunan infrastruktur pengairan mendapat perhatian serius. Lebih dari sepuluh bendungan dan saluran air baru dibangun sebagai wujud komitmen terhadap kemandirian pangan dan pengelolaan air yang berkelanjutan.
Proyek-proyek ini menjadi tonggak penting dalam modernisasi pertanian Soppeng sekaligus upaya pelestarian sumber daya alam.
Bendungan Akampeng.
Namun, seiring berjalannya waktu, tantangan besar mulai muncul. Sebagian dari bendungan dan saluran air tersebut kini tidak lagi berfungsi secara optimal. Penyebab utamanya adalah kerusakan ekosistem di sekitar wilayah bendungan, yang seringkali dipicu oleh kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Alih fungsi lahan, penebangan pohon liar, serta sedimentasi menjadi faktor-faktor yang mempercepat kerusakan. Sistem irigasi yang semestinya menopang pertanian justru menjadi beban karena minimnya perawatan dan pengelolaan berbasis komunitas. Hal ini menjadi ironi: infrastruktur yang dibangun dengan penuh harapan dan investasi besar, akhirnya tidak memberi manfaat maksimal karena tidak dibarengi dengan budaya menjaga dan merawat lingkungan.
Untuk itu, sudah saatnya seluruh elemen masyarakat Soppeng (Ika Alumni Unhas Soppeng, KKS, dll) duduk bersama, menyatukan visi dalam merawat warisan ini.
Tidak cukup hanya membangun bendungan, yang lebih penting adalah membangun kesadaran ekologis dan sistem pengelolaan partisipatif agar manfaatnya bisa dinikmati lintas generasi
